Jumat, 15 Juli 2011

memupuk jiwa nasionalisme


Masih Adakah Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda?

Sebuah pertanyaan yang memang pantas kita tanyakan saat ini, di era globalisasi yang semakin berkembang, jiwa nasionalisme pada generasi muda memang kadang diragukan. Pemikiran yang juga pernah saya sampaikan sebagai makalah pada acara “Sarasehan Pelestarian dan Pembudayaan Nilai-Nilai Juang 45” yang digelar kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbanglinmas) di Pendopo Somonegaran Rumah Dinas Bupati Sragen ini saya sampaikan kembali melalui blog saya sebagai upaya membentuk kembali jiwa nasionalisme pada para pembaca blog saya pada umumnya dan generasi muda pada khususnya supaya bisa lebih memajukam bangsa kita tercinta kita ini.

Kemerdekaan, adalah suatu buah manis dari perjuangan para pahlawan kemerdekaan, namun apakah kemerdekaan merupakan akhir dari sebuah perjuangan? Tidak, setelah kemerdekaan kita harus menjaga dan melindungi kemerdekaan yang telah dengan susah payah pahlawan-pahlawan kita rebut dari tangan penjajah yang telah bertahun-tahun menjajah dan menindas rakyat Indonesia.
Seiring dengan berjalannya waktu, dari masa ke masa perubahan dan perkembanagan pun terus terjadi pada bangsa ini. Baik itu perkembangan positif dan membangun maupun yang negatif dan cenderung merusak bangsa Indonesia. Akan tetapi entah apa yang menjadi penyebabnya, secara fakta atau realita perkembangan yang terjadi di bangsa ini sebagian besar membawa dampak negatif pada generasi penerus bangsa. Kemajuan yang kita rasa menguntungkan ternyata menimbulkan suatu perubahan yang teramat mendasar dan menyebabkan kebobrokan pada moral generasi muda.
Secara perlahan-lahan jiwa nasionalisme yang ada pada generasi muda terkikis dan mulai memudar., hal itu tak dapat dipungkiri lagi, kita dihadapkan pada kenyataan yang begitu menyedihkan. Kemajuan bangsa justru menghancurkan bangsa ini. Jiwa nasionalisme yang hilang pada diri tunas-tunas muda bangsa begitu memilukan. Usia bangsa yang sudah lanjut ini tidak membawa kita pada kedewasaan untuk menghargai apa yang telah diberikan para pahlawan tetapi justru untuk melupakannya.
Jiwa nasionalisme yang mulai hilang pada generasi muda dapat kita lihat dari banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari misalnya upacara bendera, saat ini banyak yang menganggap bahwa upacara bendera hanyalah sebuah formalitas yang sering dilaksanakan pelajar mulai dari taman kanak-kanak hingga ke dinas atau instansi-instansi Negara, tetapi makna sebenarnya dari melaksanakan rutinitas tersebut banyak yang tidak mengetahui, upacara bendera secara rutin diadakan sebenarnya adalah untuk melatih dan mendidik kita disamping untuk berdisiplin, juga untuk memupuk jiwa nasionalisme kita, justru digunakan sebagai ajang pertemuan di luar jam pelajaran kelas untuk mengobrol dan bergosip, bahkan saat penghormatan terhadap sang Merah Putih yang seharusnya dilaksanakan dengan penuh hikmat dan penghayatan masih saja ada yang sempat mengobrol dengan teman di sekitarnya, selain itu hilangnya rasa nasionalisme generasi muda dapat dilihat saat menyanyikan kebangsaan Indonesia Raya, lagu kebangsaan yang seharusnya dinyanyikan dengan penuh semangat untuk menunjukkan bahwa kita kita bangga tinggal dan hidup di Negara tercinta ini, dinyanyikan dengan seenaknya saja dan bahkan generasi muda ada yang tidak hapal dengan syair lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Contoh lain bahwa jiwa nasionalisme di negara kita mulai pudar adalah saat merayakan hari besar nasional sebagai contoh Hari Pahlawan, untuk ikut merayakan dan menghargai jasa pahlawan dengan cara mengibarkan sang Merah Putih di depan rumah saja mereka malas dan kalau ada yang mengingatkan, ada di antara mereka yang justru menanyakan “Kenapa harus mengibarkan sang Merah Putih? Memang ini hari apa?” sebuah pertanyaan yang kalau kita dengarkan sebagai seorang warga negara Indonesia sangat memilukan, warga negara yang hidup dalam zaman kemerdekaan, dimana kemerdekaan itu telah dengan susah payah direbut oleh para pahlawan dengan mengorbankan harta, bahkan jiwa dan raganya, dapat dengan mudah melupakan jasa para pahlawannya dan melupakan hari untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan tersebut. Contoh lain lagi, ada masyarakat yang mau untuk memasang bendera Merah Putih tetapi seperti dia bukan warga negara Indonesia, hal itu dikarenakan dia memasang hanya dengan sebuah tongkat bambu yang pendek tidak sesuai dengan ketentuan, dengan posisi tongkat miring hamper jatuh dan yang lebih mengherankan lagi dia bukan memasang bendera Merah Putih tetapi bendera putih merah dengan kata lain dia memasangnya terbalik dan sudah seharian pun tidak juga hal itu dibenahi.
Sungguh sangat banyak contoh yang dapat menunjukkan jiwa nasionalisme di negara kita mulai memudar, dan selain contoh di atas saya yakin masih banyak lagi contoh lainnya. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa pahlawannya” apakah ini akan menjadi sebuah slogan klise yang akan dapat kita mengerti maknanya dan dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari ataukah hanya akan berhenti menjadi sebuah slogan saja? Diri pribadi kita masing-masinglah yang dapat menjawabnya……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar